Kepri sebagai Negeri Maritim Masa Depan: Peluang, Tantangan, dan Arah Pembangunan

Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) adalah provinsi maritim yang memiliki posisi strategis di jalur pelayaran internasional. Terletak di bagian barat Indonesia, Kepri berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Kamboja. Wilayah ini terdiri dari 2.408 pulau (BPS, 2025), di mana sekitar 400 pulau di antaranya telah berpenghuni. Dengan luas wilayah laut mencapai sekitar 96% dari total wilayah, Kepri benar-benar merupakan provinsi kepulauan yang kaya potensi sekaligus penuh tantangan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2025, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau mencapai sekitar 2,1 juta jiwa. Mayoritas masyarakat bermukim di wilayah perkotaan seperti Batam, Tanjung Pinang, Bintan, dan Karimun. Kota Batam sendiri menampung lebih dari 60% total penduduk Kepri, menjadikannya pusat ekonomi dan industri terbesar di provinsi ini. Sementara itu, masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil banyak yang menggantungkan hidup pada sektor perikanan dan aktivitas ekonomi berbasis maritim.

Dari sisi ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepri tahun 2024 tercatat sekitar Rp 170 triliun (atas dasar harga berlaku). Pertumbuhan ekonomi Kepri sepanjang 2023–2024 berkisar di angka 5,0–5,2%, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Struktur ekonominya ditopang oleh industri pengolahan (33%), konstruksi, perdagangan, serta sektor transportasi dan pergudangan yang berkembang karena letak geografis Kepri yang strategis di jalur perdagangan dunia. Namun, ketergantungan ekonomi yang cukup tinggi pada Batam menyebabkan kesenjangan pembangunan antarwilayah masih terasa.

Sebagai provinsi maritim, Kepri memiliki tiga keunggulan utama di masa depan. Pertama, sumber daya kelautan berupa perikanan tangkap, budidaya laut, hingga bioteknologi perikanan yang dapat menopang ketahanan pangan nasional. Kedua, pariwisata bahari kelas dunia, dengan destinasi unggulan seperti Lagoi di Bintan, Anambas, dan Natuna, yang dikenal sebagai salah satu lokasi menyelam terbaik di Asia. Ketiga, industri galangan kapal dan energi yang berkembang di Batam dan Natuna, dengan potensi minyak, gas, serta energi baru terbarukan dari laut.

Meski demikian, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Antara lain, masih terbatasnya infrastruktur antar-pulau, ketimpangan kesejahteraan masyarakat pesisir, dan kerentanan wilayah terhadap perubahan iklim serta pencemaran laut. Selain itu, penguatan sumber daya manusia juga menjadi kebutuhan mendesak agar Kepri dapat bersaing di era ekonomi global.

Ke depan, gagasan besar menjadikan Kepri sebagai “Pusat Peradaban Maritim Indonesia” perlu diwujudkan dengan strategi yang komprehensif. Peningkatan investasi di sektor maritim, pembangunan konektivitas antar-pulau, pengembangan pariwisata berkelanjutan, serta penguatan ekonomi nelayan harus menjadi prioritas utama. Dengan pengelolaan yang tepat, Kepri berpotensi menjadi etalase kemajuan maritim Indonesia, sekaligus provinsi yang adil, sejahtera, dan berdaya saing tinggi.

Tags: